Penyebab Resistor Panas Berlebih atau Overheating

Penyebab resistor panas – Apakah kalian pernah mengalami resistor kalian panas atau terbakar? JIka pernah, pada kesempatan kali ini Teknowarta akan coba menganalisa tentang penyebab panasnya komponen resistor ini. Saat komponen resistor dipasangkan pada suatu rangkaian bertegangan listrik, terdapat 4 kondisi yang memungkinkan akan terjadi pada komponen resistor, antara lain:

  1. Resistor bersuhu normal
  2. Resistor bersuhu hangat
  3. Resistor bersuhu panas
  4. Resistor panas berlebih (overheating)

Dari keempat kondisi tersebut, resistor akan mengalami salah satu dari kondisi diatas atau mengalami keempat kondisi tersebut sekaligus tetapi secara bertahap. Lalu apa sebenarnya yang menjadi penyebab temperatur suhu pada komponen resistor tersebut bisa meningkat? Apa juga yang menyebabkan resistor jadi panas dan bahkan mengakibatkan resistor gosong terbakar?

Fenomena ini bisa saja terjadi pada beberapa ukuran resistor, misalnya saja pada resistor dengan nilai resistansi sebesar 100 ohm, resistor 330 ohm, resistor 10 ohm, resistor jenis kapur dan mungkin bisa terjadi pada ukuran resistor yang lainnya. Berdasarkan fenomena tersebut, Teknowarta akan coba untuk menganalisa apa yang sebenarnya terjadi pada resistor ini. Silahkan simak penjelasannya berikut.

 

Penyebab Resistor Panas Pada Rangkaian 

Penyebab mengapa komponen resistor mengalami peningkatan suhu dan panas berlebih (overheating)  pada suatu rangkaian yaitu adanya aliran arus listrik yang mengalir didalam rangkaian tersebut. Besarnya nilai arus listrik yang mengalir telah mencapai nilai ambang batas dari kemampuan resistor itu sendiri.

Seperti yang kita tahu bahwa setiap komponen elektronika, baik itu komponen elektronika pasif maupun komponen elektronika aktif mempunyai daya atau kemampuan maksimalnya masing-masing. Dimana, kemampuan kerja tersebut sudah disesuaikan dengan spesifikasi material yang ditentukan oleh pabrik si pembuatnya.

Jadi, jika suatu kompenen dibebankan dengan beban kerja yang berlebih, atau dengan kata lain sudah melampaui kapasitasnya, maka komponen tersebut akan mengalami disfungsi atau bekerja tidak sesuai dengan fungsinya lagi alias tidak optimal.

 

Fungsi Komponen Resistor

Resistor mempunyai beberapa fungsi, salah satunya yaitu untuk membatasi arus listrik yang mengalir didalam suatu rangkaian. Berarti, resistor mampu menahan, meredam dan juga menurunkan besarnya aliran arus listrik pada suatu rangkaian.

Namun, arus listrik yang akan mengalir melewati komponen resistor tersebut tidak boleh melampaui batas dari nilai yang telah diijinkan. Terdapat nilai ambang tertentu batasan tertentu yang tidak boleh dilampauinya.

Nilai ambang batas tersebut disebut dengan kemampuan (daya) yang dimiliki oleh resistor. Jika arus ataupun tegangan kerja yang diberikan kepada resistor sudah melebihi kapasitas daya yang dimilikinya, maka menyebabkan terjadinyab disfungsi kerja resistor.

Tapi sebaliknya, jika resistor bekerja dibawah nilai ambang batas daya maksimalnya (daya yang diijinkan) maka fungsi dari resistor tersebut akan jadi lebih baik dan jadi lebih maksimal. Kondisi-kondisi itulah yang dapat mempengaruhi kinerja dari komponen resistor.

Jika kalian ingin tahu suhu pada resistor, maka ad acara termudah untuk mengetahuinya yaitu dengan cara menyentuh komponen tersebut. Kalian coba rasakan apakah resistor terasa hangat atau tidak, atau bahkan terasa panas.

Saat resistor telah mencapai suhu tinggi, maka resistor bisa saja mengalami hangus terbakar jika arus yang mengalir diberikan terus-menerus dan dinaikan nilai kapasitas tegangannya.

 

Prinsip Kerja Resistor pada Suatu Rangkaian

Saat sebuah rangkaian listrik atau rangkaian elektronika diberikan sumber tegangan maka nantinya akan terjadi aliran arus listrik didalamnya. Pada proses tersebut akan menimbulkan aliran elektron yang mengalir ke seluruh komponen.

Ketika elektron-elektron ini melewati resistor, maka resistor akan mengalami reaksi pemanasan. Terdapat beberapa kemungkinan yang akan terjadi pada kondisi suhu resistor tersebut.

 

Kondisi Suhu Resistor pada Suatu Rangkaian

Berikut ini beberapa kondisi suhu resistor pada suatu rangkaian, diantaranya.

 

  1. Kondisi Suhu Resistor Normal

Kondisi yang pertama adalah kondisi dimana resistor berada pada suhu normal tanpa mengalami kenaikan temperature. Ketika disentuh resistor tidak terasa hangat. Pada kondisi ini resistor akan bekerja pada performa terbaiknya. Arus yang mengalir lewat resistor berada dibawah nilai kapasitas maksimumnya.

 

  1. Kondisi Suhu Resistor Hangat dan Normal

Pada kondisi ini, ketika dipegang resistor akan terasa hangat. Terjadinya kondisi ini jika arus yang mengalir pada resistor sudah mendekati nilai ambang batas dari kapasitas arus maksimumnya. Resistor masih bisa digunakan dan masih berfungsi dengan baik.

 

  1. Kondisi Suhu Resistor Panas

Kondisi ini adalah kelanjutan dari kondisi hangat normal diatas. Arus yang mengalir pada komponen resistor telah mencapai nilai ambang batas maksimumnya. Terjadinya peningkatan suhu resistor ini bukanlah sebuah kondisi yang baik.

Karena, saat suhu berlebih ini secara terus-menerus terjadi, maka kinerja dan performa dari resistor akan jadi menurun. Hal ini akan berdampak pada komponen itu sendiri. Jika didiamkankan saja, maka  akan jadi lebih serius lagi dampaknya, bahkan bisa menimbulkan panas dan terbakarnya komponen resistor.

 

  1. Kondisi Panas Berlebih atau Overheating

Terjadinya kondisi overheat ini jika arus yang mengalir pada komponen resistor telah melebihi dari nilai ambang batas arus maksimumnya.

Jika saja kondisi ini terjadi secara terus-menerus, maka komponen resistor bisa mengalami kerusakan seperti hangus, gosong dan resistor bisa saja terbakar dengan cepat.

 

Memaksimalkan Fungsi Resistor

Pembuat resistor atau manufacture telah melakukan perancangan dan mendesain komponen resistor ini  sebaik mungkin supaya komponen ini bisa bekerja semaksimal mungkin.

Penggunaan resistor dimaksimalkan supaya dapat bekerja dibawah kemampuan daya resistor sehingga fungsi dari resistor tersebut nantinya bisa bekerja secara optimal.

 

Hubungan Daya, Tegangan, Arus dan Hukum Ohm

Jika berbicara tentang kapasitas dari kemampuan resistor, maka sama halnya dengan berbicara tentang  daya (satuan watt) pada resistor itu sendiri.

Daya yang disimbolkan dengan huruf P. Dimana seperti yang kita ketahui bahwa rumus untuk menentukan nilai daya adalah

P = V . I

Dengan V adalah tegangan dan arus adalah I. Atau, untuk mencari daya bisa juga menghitungnya dengan menggunakan rumus

P = I2 R

Daya berbanding lurus dengan nilai tegangan dan nilai arus. Sehingga akan jadi semakin besar nilai tegangan yang terukur maka akan semakin besar juga nilai daya yang terukur.

Seperti halnya dengan nilai arus, jika semakin besar nilai arus yang mengalir, maka nilai daya yang terukur akan semakin besar juga.

Rumus daya tersebut sangat erat berhubungan dengan rumus hukum ohm yakni

V = I . R

Yang dimana untuk menentukan nilai arus pada sebuah rangkaian itu merupakan pembagian antara tegangan (V) dengan nilai resistansi yang dimiliki oleh komponen resistor (ohm).

Sehingga nanti akan terlihat jelas keterkaitannya antara Hukum Ohm dengan rumus daya ini.

 

Kemampuan Kapasitas Komponen Resistor

Kita ambil saja contoh dari resistor jenis karbon. Resistor jenis karbon ini umumnya mempunyai kemampuan daya (watt) yang berbeda-beda, yang antara lain sebesar 0.125 watt, 0.250 watt, 0.5 watt, 1 watt dan 2 watt. Nilai-nilai tersebut sudah ditentukan oleh pabrik pembuatnya.

Kita mulai dengan studi kasus yang sederhana. Misalnya saja kita punya resistor berjenis karbon dengan kemampuan daya sebesar 1 watt. Dengan kemampuan daya resistor 1 watt tersebut, maka tegangan dan arus yang diberikan haruslah berada dibawah spesifikasi kemampuan daya 1 watt tersebut.

Perlu kalian ingat bahwa parameter untuk mencari nilai daya yaitu hasil perkalian antara tegangan dengan arus, dirumuskan

P = V x I

Jadi kita harus memperhatikan kedua parameter tersebut, tegangan V dan arus I.

Daya yang terukur pada resistor dalam suatu rangkaian merupakan hasil dari perkalian antara tegangan dan arus.

Berikut adalah beberapa kondisi suhu yang akan terjadi dengan resistor berkemampuan daya 1 watt:

  • Kondisi resistor bersuhu normal. Terjadinya kondisi ini jika kerja resistor berada dibawah kemampuan daya maksimumnya yaitu 1 watt. Pada konsisi ini, temperatur resistor tidak akan mengalami peningkatan suhu. Resistor bekerja dengan sangat baik.
  • Kondisi resistor bersuhu hangat. Terjadinya kondisi ini jika kerja resistor berada pada kemampuan daya yang sudah mendekati daya maksimumnya yaitu 1 watt. Pada kondisi ini temperatur resistor akan mengalami peningkatan suhu, jika disentuh akan terasa hangat. Resistor masih bisa bekerja dengan baik.
  • Kondisi resistor bersuhu panas. Terjadinya kondisi ini jika kerja resistor telah mencapai kemampuan daya maksimumnya yakni sudah mencapai 1 watt. Pada kondisi ini temperatur resistor akan mengalami peningkatan suhu. Resistor masih bisa bekerja namun secara fungsi, mungkin performanya sudah mulai menurun.
  • Kondisi resistor panas berlebih (overheating). Terjadinya kondisi ini jika kerja resistor telah melebihi kemampuan dari daya maksimumnya yaitu 1 watt. Pada kondisi ini temperatur resistor mengalami peningkatan suhu panas dan bahkan panas yang berlebih (overheating). Kerja resistor jadi menurun, sangat memungkinkan resistor akan hangus, gosong dan bahkan bisa terbakar. Pada kondisi resistor yang sudah terbakar inilah maka resistor tidak akan bisa  berfungsi lagi sebagaimana mestinya. Arus akan dilewatkan begitu saja melalui resistor yang rusak tadi tanpa adanya hambatan apa pun.

 

Akhir Kata

Dan itulah tadi penyebab resistor panas berlebih atau overheating. Semoga informasi yang sudah Teknowarta sampaikan diatas bisa membantu dan bermanfaat.

Leave a Comment