IPK Pernah Mendapatkan 1,2 Kisah Anak Desa yang Jadi Dosen Favorit UGM

Pendidikan yang sudah semakin maju di Indonesia tidak lepas dari campur tangan para pengawal pendidikan, yaitu guru, dosen, dan juga tenaga pendidik lainnya. Bagi mahasiswa, jasa dari seorang dosen sangatlah besar dalam menentukan masa depan. Selain menjadi penyampai ilmu, dosen juga  merupakan sumber inspirasi dan pemberi motivasi.

Dan, salah satu dosen Teknik Geodesi Universitas Gadjah Mada (UGM) yang menjadi inspirasi bagi para mahasiswa untuk selalu berjuang di bangku perkuliahan adalah I Made Andi Arsana.

Kisah inspiratif tersebut ia bagikan di video reels Instagram miliknya @madeandi. Mulai dari masa sekolah sampai menjadi dosen seperti sekarang ini.

Pada tahun 1990-1993, saat masih SMP, Made Andi mengaku bahwa dirinya kerap pergi ke sekolah melewati jalan penuh semak-semak. Ia menceritakan hal tersebut dengan penuh rasa nostalgia.

” Dilihat dari masa kini, hidup di masa lalu bisa nampak begitu dramatis padahal saat menjalani, terasa biasa saja, ” kenangnya.

Made Andi juga kerap naik sepeda ke sekolahnya meskipun pada akhirnya terpaksa harus dituntun karena kondisi jalan yang tak menunjang. Selain itu, ia juga sering berjalan kaki pagi-pagi dengan embun yang masih membekas di dedaunan.

” Kadang lumpur beterbangan akibat putran roda lumpur, ” ujarnya.

Akan tetapi, ujiannya untuk menempuh pendidikan itu tidak pernah ia anggap sebagai penderitaaan. Ia bahkan melakoninya dengan penuh kebahagiaan. ” Hari berjalan biasa. Suasana riang gembira, ” ucap Andi.

Laku prihatin tersebut masih terus berlanjut saat masa SMA. Pada masa itu, dirinya mengaku pernah tinggal di sebuah gubuk tanpa adanya listrik dan sering pergi ke sungai untuk mandi.

Kisah masa lalu yang pilu tersebut benar-benar Andi rasakan saat kuliah. Ia mengenang statusnya sebagai mahasiswa yang tak diperhitungkan dikarenakan bukan dari golongan pemilik Indeks resasi (IP) tiga koma.

Sementara saat masih kuliah di UGM, dirinya pernah mendapatkan IP 1,2 ketika semester 5. Lantas, hal ini sempat membuatnya terpuruk karena merasa menjadi orang yang bodoh di kelas. Ia juga mengaku pernah mendapat beberapa nilai E dalam satu semester.

Meski begitu, berbagai hal yang pernah dilewatinya tersebut tidak membuat semangatnya jadi surut. Made Andi terus berjuang untuk melanjutkan sekolah demi mencapai cita-citanya.

Setelah lulus dari UGM, Made Andi melanjutkan studi master ke Universitas New South Wales dan setelah itu dilanjutkan studi doktoral di Universitas Wollongong.

Andi pernah mewakili Indonesia The Falling Walls Conference yang merupakan event sains tahunan di Berlin. Selain itu juga berbicara di PBB.

Selain menjadi dosen Teknik Geodesi UGM, Made Andi juga aktif di berbagai kegiatan lain, seperti menjadi content creator di akun Instagram ataupun akun TikToknya sendiri hingga menjadi penulis buku.

Dan ternyata lelaki asal Bali ini juga menjadi Kepala International Affairs Universitas Gadjah Mada

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Rekomendasi Terkait
Menu